Aliyah: Kolaborasi Bangun Ekosistem Penyiaran Nasional yang Inovatif

14 October 2025
Aliyah: Kolaborasi Bangun Ekosistem Penyiaran Nasional yang Inovatif

Perguruan Tinggi (PT) memiliki peran sentral dalam membangun ekosistem penyiaran nasional yang inovatif dan berdaya saing. Kendati demikian, upaya ini harus dikolaborasikan bersama dengan industri dan juga masyarakat. Sehingga dihasilkan inovasi dan kreasi yang berkulitas sekaligus solusi mengatasi tantangannya. 

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Aliyah, saat mengisi acara Pekan Praktisi “Komunikasi Ekosistem Inovasi: Menjembatani Perguruan Tinggi, Industri dan Publik” yang diselenggarakan Fakutas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara (Untar), Senin (13/10/2025), mengatakan, tantangan yang dihadapi dunia penyiaran saat begitu kompleks. Karenanya, dibutuhkan inovasi dan kreasi yang tidak hanya sekedar menghibur.

“Kolaborasi ini diperlukan karena akan meningkatkan kualitas penyiaran secara berkelanjutan. Kolaborasi ini juga akan menciptakan media penyiaran yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, memberdayakan dan mencerdaskan bangsa,” kata Aliyah.

Ia menambahkan, KPI sebagai lembaga yang mengawasi lalu lintas isi siaran (TV dan radio) akan berperan sebagai katalisator antar pihak tersebut. Peran aktif ini akan makin meningkatkan peran KPI, tidak hanya sebagai lembaga pengawas. 

“Transformasi tindakan ini akan membuat KPI berperan lebih banyak lagi untuk pengembangan kualitas penyiaran di tanah air,” jelasnya. 

Aliyah menerangkan kerangka kerja sama tersebut diwujudkan melalui program-program pengayaan dan edukatif seperti program magang, riset bersama, dan kampanye literasi media. 

Dalam kesempatan ini, Aliyah ikut memaparkan beberapa masalah yang perlu jadi perhatian dan juga diperbaiki. Dimulai dari perguruan tinggi yang cenderung lebih dominan mengajarkan teori. Hal ini menyebabkan para lulusan jadi kurang siap menghadapi tuntutan praktis dunia industri.

Di lingkup industri penyiaran sendiri, permasalahan masih berkutat di soal rating dan profit. Orientasi industri yang berfokus pada rating dan profit sering kali mengabaikan aspek edukasi dan kualitas konten. “Belum lagi perusahaan kesulitan mendapatkan talenta yang memiliki pemahaman teoritis kuat sekaligus kemampuan praktis yang mumpuni,” ujar Aliyah. 

Sementara itu, di sisi masyarakat, kelemahannya yakni kurangnya paparan literasi. Literasi ini penting untuk meminimalisir informasi hoaks yang berasal dari platform digital. “Mereka rentan terpapar DFK (disinformasi, fitnah & kebencian), dan konten yang tidak mendidik,” tukas Aliyah. 

Di akhir paparannya, Aliyah mengajak semua komponen kampus untuk ikut melakukan pengawasan siaran. Keterlibatan ini sangat baik untuk memastikan obyektifitas pengawasan. “Soalnya, sering kami mendapati pengaduan terhadap konten bermasalah tapi tidak jelas dan cenderung asal-asalan,” tandasnya.